A. Pengertian
Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Beberapa
definisi keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan sebagai berikut
(Hasan, 2004):
1.
Menurut Ralph C. Davis
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan
perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang
sangat menyimpang dari rencana semula.
2.
Menurut Mary Follet
Keputusan
adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu
dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau
mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah.
Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.
3.
Menurut James A.F.Stoner
Keputusan
adalah pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga
pengertian, yaitu:
a. Ada pilihan atas
dasar logika atau pertimbangan.
b. Ada beberapa
alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.
c.
Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tertentu.
4.
Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH
Keputusan
adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau
problem untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi
masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
5. Menurut Robins (1997 : 236)
Berpendapat
bahwa “decision making is which on choses
between two or more alternative”. Berdasarkan pendapat diatas, dapat
dipahami bahwa hakikat pengambilan keputusan ialah memilih dua alternatif atau
lebih untuk melakukan suatu tindakan tertentu baik secara pribadi maupun
kelompok. Suatu putusan ialah proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah
tindakan alternatif yang mungkin (Sutisna, 1985 : 149).
Dari
pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang
dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.
B. Proses
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara
bersama - sama.
Keputusan
terdiri dari :
·
Keputusan Strategis
Yaitu
keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.
·
Keputusan Taktis
Keputusan
yang diambil oleh manajement menengah.
·
Keputusan Operasional
Keputusan
yang dibuat oleh manajemen bawah.
Pengambilan
keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai
alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan
masalah. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:
Menurut
Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas
tiga langkah utama, yaitu:
-
Kegiatan Intelijen
Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi
keputusan.
-
Kegiatan Desain
Tahap ini
menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan
yang mungkin dilakukan.
-
Kegiatan Pemilihan
Pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia.
Sedangkan
menurut Scott dan Mitchell, Proses pengambilan keputusan meliputi:
-
Proses pencarian/penemuan tujuan
-
Formulasi tujuan
-
Pemilihan Alternatif
-
Mengevaluasi hasil-hasil
Pendekatan
konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis sistem, Menurut ELBING
ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan:
-
Identifikasi dan Diagnosa masalah
-
Pengumpulan dan Analisis data yang relevan
-
Pengembangan dan Evaluasi alternative alternative
-
Pemilihan Alternatif terbaik
-
Implementasi keputusan dan Evaluasi terhadap
hasil-hasil
Proses
pengambilan keputusan dalam organisasi
ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan
bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga
keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode
yang sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :
1. Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule
Without Discussion)
Metode
pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik
atau dalam
kepemimpinan militer . Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu
cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup
sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan
dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk
mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun
demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia
akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para
anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila
dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada
keputusan yang diambil secara individual.
2. Pendapat Ahli (expert opinion)
Kadang-kadang
seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli
(expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik,
apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang
benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota
lainnya.
Dalam banyak
kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang
sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang
yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli
adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun
sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut.
Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.
3. Kewenangan Setelah Diskusi (authority
rule after discussion)
Sifat
otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini
pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam
proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya
disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan
keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan
dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan,
kelompok masih berpengaruh.
Metode
pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan.
Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam
proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa
pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
4. Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan
atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung
keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota
dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting
khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun
demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini,
tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah
dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode
ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat
metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang
terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode
lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang
paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada
faktor-faktor:
-
Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan
-
Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh
kelompok, dan
-
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin
kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Dari metode
di atas tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu :
-
Kekuatan Mental
Kekuatan
mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya prinsip.
-
Sanksi
Sanksi
sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik
itu pemimpin maupun anggotanya.
-
Keahlian
Pemimpin
harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti
pemimpin yang tidak mempuanyi gelar.
-
Kharisma
Semua
pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka
dari itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi
panutan semua orang.
Model-model
Pengambilan keputusan
a. Model Perilaku Pengambilan keputusan
· Model Ekonomi
yang
dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu
berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum
· Model Manusia Administrasi
Dikemukan
oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan
maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
· Model Manusia Mobicentrik
Dikemukakan
oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus
selalu bergerak bebas mengambil keputusan
· Model Manusia Organisasi
Dikemukakan
oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama
dalam pengambilan keputusan
· Model Pengusaha Baru
Dikemukakan
oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
· Model Sosial
Dikemukakan
oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam
mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
b. Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher
mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
· Model Preskriptif
Pemberian
resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan.
· Model Deskriptif
Model ini
menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.
Model
preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitas observasi
Disamping
model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu
anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak
setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan
seterusnya.
Teknik-teknik
Pengambilan Keputusan
a. Teknik Kreatif
· Brainstorming
Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas
maksimum dari kelompok dengan memberikan
kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
· Synectics
Didasarkan
pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan
untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
b. Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan.
· Teknik Modern
- Teknik Delphi
- Teknik Kelompok Nominal
Contoh
pengambilan keputusan dalam organisasi
DPR yang
masih ragu dalam pengambilan keputusan menaikkan tarif listrik 10%. Ini di
karenakan bentroknya pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah yang ingin tarif
di naikkan, dan masyarakatnyanya yang tidak setuju. Mungkin bagi pemerintah
memaksa ingin menaikkan tarif 10% hanya hal biasa saja, tetapi bagi masyarakat
apalagi yang tidak mampu ini adalah hal yg berat. Akibatnya pihak DPR pun belum
mengambil keputusan apapun untuk menaikkan atau tidak.
C. Pengertian
Decision Support System (DSS)
Menurut Raymond McLeod, Jr. (1998)
,sistem pendukung keputusan sebagai sebuah sistem yang meyediakan kemampuan
untuk penyelesaian masalah komunikasi untuk permasalahan yang bersifat semi
terstruktur . Secara umum sistem pendukung keputusan (DSS) dapat dibagi menjadi
beberapa kategori :
1. Model-driven
DSS. Pada model ini akan mengakses dan memanipulasi model statistik, keuangan,
optimasi, atau model simulasi. Sistem menggunakan data dan parameter yang
diberikan untuk menugaskan pengambilan keputusan dalam menganalisis situasi.
Sistem ini tidak membutuhkan data secara intensif.
2. Communication-driven
DSS. Sistemini mengakomodasi dukungan dari beberapa pengambilan keputusan dalam
berbagai tugas.
3. Data-driven
DSS.sistem ini mengakses dan memanipulasi data runtun waktu .
4. Document-driven
DSS. Sistem ini melakukan pengaturan ,temu kembali ,memanipulasi informasi yang
tidak terstruktur dalam berbagai format elektronik.
5. Knowledge-driven
DSS. Sistem ini menyelesaikan masalah tertentu yang disimpan sebagai fakta, aturan,
prosedur dan struktur lain yang sejenis.
Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan
manajemen dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang
komplek, serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam
satu sistem yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung
pengambilan keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada
pengguna satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk
analisis data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya
intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka
meningkatkankualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi
para pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk menggantikan
pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.
Konsep DSS dimulai pada akhir tahun 1960-an dengan timesharing
komputer. Untuk pertama kalinya seseorang dapat berinteraksi langsung
dengan komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Baru pada tahun 1971,
istilah DSS diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton,
keduanya professor MIT. Mereka merasa perlunya suatu kerangka kerja untuk
mengarahkan aplikasi komputer kepada pengambilan keputusan manajemen dan
mengembangkan apa yang telah dikenal sebagai Garry & Scott Morton Grid. Matrik
(Grid) ini didasarkan pada konsep Simon mengenai keputusan terprogram
dan tak terprogram serta tingkat-tingkat manajemen Robert N. Anthony. Gory dan
Scott Morton menggambarkan jenis-jenis keputusan menurut struktur masalah, dan
terstruktur hingga tidak terstruktur. Anthony menggunakan nama perencanaan
strategis, pengendalian manajemen, dan pengendalian operasional untuk
menjelaskan tingkat manajemen puncak, menengah dan bawah.
Tahap-tahap pengambilan keputusan Simon digunakan untuk menentukan struktur
masalah, masalah terstruktur merupakan suatu masalah yang memiliki struktur
pada tiga tahap pertama Simon, yaitu intelijen, rancangan, dan pilihan. Jadi,
dapat dibuat algoritma, atau alternatif diidentifikasi dan dievaluasi, serta suatu
solusi dipilih. Masalah tak terstruktur, sebaliknya, merupakan suatu
masalah yang sama sekali tidak memiliki struktur pada tiga tahap Simon di atas.
Masalah semi terstruktur merupakan masalah yang memiliki struktur hanya pada
satu atau dua tahap Simon. Gory dan Scoot Morton memisahkan masalah yang telah,
pada saat itu, berhasil dipecahkan dengan komputer dari masalah yang belum
terkena pengolahan komputer. Area yang berhasil dipecahkan dengan komputer
dinamakan sistem keputusan terstruktur (structure decision system-SDS),
dan area yang belum terkena pengolahan komputer dinamakan sistem pendukung
keputusan (decision support system-DSS). Gory dan Scott Morton awalnya
menggunakan istilah DSS hanya untuk aplikasi komputer di masa depan.
Selanjutnya istilah tersebut diterapkan pada semua aplikasi komputer yang
didedikasikan untuk dukungan keputusan – baik sekarang maupun masa depan.
Decision Support System dimaksudkan untuk melengkapi sistem informasi manajemen dalam meningkatkan
pengambilan keputusan. Sistem informasi manajemen terutama menyajikan informasi
mengenai kinerja aktivitas untuk membantu manajemen memonitor dan mengendalikan
kegiatan. Sistem informasi manajemen ini umumnya menghasilkan pelaporan yang
terjadwal secara reguler dan tetap, berdasarkan data yang diperoleh dan
diikhtisarkan dari sistem pemrosesan kegiatan atau transaksi yang dilaksanakan.
Format atau bentuk dari pelaporan-pelaporan ini umumnya sudah ditentukan
sebelumnya (baku). Satu bentuk pelaporan berbasiskan sistem informasi manajemen
mungkin menunjukkan suatu ikhtisar realisasi penyerapan anggaran per bulan
untuk setiap satuan kerja pada suatu instansi. Kadangkala laporan sistem
informasi manajemen ini merupakan laporan eksepsi (exception reports),
yaitu hanya menyoroti kondisi-kondisi yang khusus. Sistem informasi manajemen
yang tradisional umumnya menyajikan pelaporan yang tercetak (hard copy
reports).
Dewasa ini, pelaporan yang semacam itu dapat diperoleh secara on-line melalui
intranet dan mungkin lebih banyak lagi laporan yang dapat dihasilkan berdasarkan
kebutuhan. Jika Management Information System (MIS) menyajikan kepada
penggunanya data atau informasi untuk pengambilan keputusan yang sudah pasti
dan tetap (terstruktur atau rutin), maka DSS menyajikan seperangkat kemampuan
untuk keputusan yang sifatnya tidak terstruktur, di mana DSS lebih menekankan
pada pengambilan keputusan atas situasi yang dengan cepat mengalami perubahan,
kondisi yang memerlukan fleksibilitas, dan berbagai keputusan untuk respon yang
segera.
D. Manfaat
Decision Support System (DSS)
Pentingnya
model dalam suatu pengambila keputusan, anatara lain sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsure-unsur itu ada
relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan/diselesaikan itu.
2. Untuk
memperjelas ( secara eksplisit ) mengenai hubungan signifikan diantara
unsure-unsur itu.
3. Untuk
merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variable.
Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
4.
Untuk memberikan pengelolaan
Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan
proses yang membutuhkan penggunaan model yang tepat. Pengambila keputusan itu
berusaha menggeser keputusan yang semula tanpa perhitungan menjadi keputusan
yang penuh perhitungan.
E. Pengertian
Group Decision Support System (DSS)
Pada
masalah diagnosis sistem pendukung keputusan kelompok juga dapat diaplikasikan.
Salah satu GDSS yang telah dikembangkan adalah GDSS untuk anamnesis, diagnosis,
dan penatalaksanaan penderita gangguan jiwa non psikotis yang dikembangkan oleh
Kusumadewi (2006). Sistem bertugas untuk mengoptimalkan aturan-aturan dalam
basis pengertahuan sehingga sistem tersebut memiliki kemampuan untuk
beradaptasi untuk mendiagnosis gangguan kejiwaan berdasarkan gejala-gejala yang
diberikan oleh pasien. GDSS yang dibangun tersebut merupakan solicited advice, dimana sistem
memberikan saran hanya pada saat sistem tersebut diinstruksikan untuk memberi
saran. Pada sistem ini, pengguna (psikater, psikolog, residen, atau pengguna
yang lain) secara eksplisit berkonsultasi dengan DSS.
Group
Decision Support System (GDSS) merupakan suatu kelas dari sistem pertemuan
elektronik, kolaborasi teknologi yang dirancang untuk mendukung pertemuan dan
kerja kelompok GDSS adalah berbeda dari kerjasama yang didukung komputer (CSCW
computer supported cooperative work) GDSS adalah teknologi yang lebih terfokus
pada dukungan tugas, sedangkan alat CSCW memberikan dukungan komunikasi umum.
Group
Decision Support System (GDSS) yang disebut sebagai sebuah Group Support System
(SSU) atau sistem pertemuan elektronik sejak mereka bersama yayasan serupa.
Namun GDSS hari ini ditandai dengan menjadi diadaptasi untuk sekelompok orang
yang bekerja sama untuk mendukung terpadu pemikiran sistem pengambilan
keputusan yang rumit. Peserta menggunakan komputer umum atau jaringan untuk
memungkinkan kolaborasi.
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (GDSS)
adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil
keputusan dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang
tidak terstruktur.
F. Manfaat
Decision Support System (DSS)
Walaupun berbagai definisi telah dikemukakan, namun ada agreement atau
kesepakatan umum yang menyatakan bahwa DSS adalah system berdasarkan komputer
yang interaktif yang memudahkan pemecahan atas masalah yang tak terstruktur.
Konsep “penunjang keputusan kelompok” membentuk gagasan yang kita kenal dengan
sebutan DSS. System penunjang keputusan kelompok (GDSS) adalah system
berdasarkan komputer yang interaktif yang memudahkan pemecahan atas masalah tak
terstruktur oleh beberapa (set) pembuat keputusan yang bekerja sama sebagai
suatu kelompok. Komponen GDSS meliputi hardware, software, orang, dan produser.
Sifat yang penting dari suatu GDSS dapat disebutkan seperti berikut ini:
1. GDSS adalah system yang dirancang secara khusus, bukan menyerupai
konfigurasi dari komponen system yang sudah ada.
2. GDSS dirancang dengan tujuan untuk mendukung kelompok pembuat keputusan
dalam melakukan pekerjaan mereka.
3. GDSS mudah dipelajari dan mudah digunakan.
4. GDSS bisa bersifat “spesifik” (dirancang untuk satu jenis atau kelompok
masalah) atau bisa bersifat “umum” (dirancang untuk berbagai keputusan
organisasional tingkat kelompok).
5. GDSS berisi mekanisme built-in.
Definisi GDSS begitu luas dan, oleh karenanya, bisa berlaku atau diterapkan
ke berbagai
situasi keputusan kelompok, yang meliputi panel review, task force meeting
eksekutif/dewan, pekerja jarak jauh, dan sebagainya. Aktifitas dasar yang
terjadi di kelompok manapun dan yang memerlukan dukungan berdasarkan komputer
adalah :
a. pemanggilan informasi, melibatkan pemilihan nilai data dari database yang
ada maupun pemanggilan informasi sederhana.
b. pembagian informasi, maksudnya menampilkan data pada layar penampil agar bisa dilihat oleh
semua kelompok.
c. penggunaan informasi, mencakup aplikasi teknologi software, procedure, dan
teknik
pemecahan masalah kelompok untuk data.
TEKNOLOGI GDSS
Dalam model yang di buat umum ini, kelompok pembuat keputusan mempunyai
akses ke
base data, base model, dan software aplikasi GDSS selama waktu meeting yang
menetapkan suatu keputusan. Namun demikian, komponen dasar dari segala GDSS
meliputi hardware, software, orang-orang dan prosedur. Selanjutnya kita akan
membahas secara lebih rinci komponen tersebut.
HARDWARE
Tanpa memandang situasi keputusan spesifik, kelompok sebagai keseluruhan
atau setiap
anggota harus dapat mengakses prosesor komputer dan menampilkan informasi.
Keperluan (persyaratan) hardware minimal untuk system tersebut mencakup:
peralatan input/output, prosesor, jalur komunikasi antara peralatan I/O dan
prosesor, dan layer penampil untuk umum atau monitor perorangan guna
menampilkan informasi kepada kelompok.
SOFTWARE
Komponen software dari GDSS meliputi database, base model, program aplikasi
khusus
yang akan digunakan oleh kelompok, dan interface pemakai fleksibel yang
mudah digunakan. Beberapa system GDSS yang sangan spesifik tidak memerlukan
database; misalnya, system yang hanya mengumpulkan, mengorganisir, dan
mengkominikasikan opini anggota tentang suatu masalah.software GDSS bisa dan
tidak bisa berinterface dengan software DSS individual Komponen teknologi GDSS
yang paling khusus adalah software aplikasi yang dikembangkan secara khusus
yang mendukung kelompok dalam proses keputusan. Fasilitas yang tepat dari
software ini sangat bervariasi, namun mencakup hal berikut ini:
a. Fasilitas Dasar
-
Penciptaan teks
dan file data, modifikasi, dan penyimpanan untuk anggota kelompok.
-
Word processing
untuk mengedit dan memformat teks.
-
Fasilitas
pembelanjaan untuk pemakai GDSS yang belum mampu.
-
Fasilitas “help”
on-line
-
Worksheet,
spreadsheet, decision trees, dan alat lain untuk menampilkan angka dan teks
secara grafis.
-
Manajemen
database yang state-of-the-art.
b. Fasilitas Kelompok
-
Peringkasan
grafik dan bilangan dari gagasan dan pendapat anggota kelompok.
-
Menu yang
memberitahu (prompt) untuk memasukkan (input) teks, data, dan pendapat oleh anggota
kelompok.
-
Program untuk
prosedur kelompok khusus.
-
Metode
penganalisaan interaksi kelompok sebelumnya dan keputusan.
-
Transmisi teks
dan data diantara anggota kelompok, diantara anggota kelompok dan fasilitator, dan
diantara anggota kelompok dan prosesor komputer sentral.
ORANG-ORANG
Komponen “people” (orang_orang) dari GDSS meliputi anggota kelompok dan “fasilitator
kelompok” yang bertanggung jawab atas beroperasinya teknologi GDSS dengan baik
ketika ia sedang digunakan. Peranan fasilitator bersifat luwes.
PROSEDUR
Komponen terakhir dari GDSS adalah prosedur, yang bisa memudahkan operasi
dan membuat penggunaan teknologi oleh anggota kelompok menjadi efektif. Dalam
kasus yang terakhir ini, GDSS bisa dirancang agar bisa mengakomodasi teknik
pembuatan keputusan kelompok spesifik, seperti teknik kelompok nominal.
Referensi
-
Anzizhan, Syafaruddin. 2012. “Sistem
Pengambilan Keputusan Pendidikan.” Grasindo: Jakarta. [on-line], pp. 45-51.
-
----------------- [on-line] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27548/3/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 14 Mei 2013.
-
Kusumadewi,
Sri. 2009. “Informatika Kesehatan”. Graha Ilmu: Yogyakarta.
-
“Sistem penunjang Keputusan kelompok satu bidang baru”. Gunadarma. [on-line] http://yohanes_ari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/5589/spk2.pdf
diakses tanggal 15 Mei 2013.
0 comments:
Post a Comment