·
Change the Paternalistic
Approach menjadi Participatory Approach
Challeges to Information System
Implementation and Organisational Change Management: Insight from the Health
Sector in Equador
Hasil
Review Jurnal 3
“Rancang
Bangun Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan dengan Metodologi Berorientasi
Obyek : Studi Kasus SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta”
Analisis situasi proses pelayanan kesehatan pada SMK
Telkom:
1. Data
kesehatan peserta (siswa dan pegawai) masih tertampung dalam bentuk file catatan,
sehingga data dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak berkepentingan.
2. Dalam
pencarian riwayat kesehatan pasien, dibutuhkan waktu yang relatif lama
3. Seluruh
catatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dijadikan sebagai alat
keluaran/laporan yang diberikan kepada pihak manajemen, bukan merupakan
rekapitulasi, sehingga pihak manajemen sulit untuk membaca serta menganalisa
guna dapat membantu pengambilan keputusan.
Dengan adanya
masalah-masalah ynag dihadapi SMK Telkom maka dibangunlah sistem
informasi pelayanan kesehatan dengan metodologi berorientasi obyek. komputerisasi
banyak memberikan bantuan dalam usaha pemecahan masalah dalam hal usaha dan
bisnis, diantaranya adalah
mempercepat proses kerja dan juga menyediakan informasi yang cepat dan akurat
bagi pihak yang membutuhkan khususnya
manajemen.
Perancangan sistem dimodelkan dalam bentuk use
case diagram, class diagram, serta rancangan layar. Use case
diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem yang
ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana” sistem
melakukannya. Use case yang diusulkan dalam rangka perancangan sistem
ini terdiri dari use case diagram
manajemen data, use case diagram proses pelayanan kesehatan, dan use
case diagram pelaporan kegiatan. Class diagram merupakan
diagram yang menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan
obyek beserta hubungan satu sama lain. Sedangkan rancangan layar merupakan
tampilan antar muka (boundary) antara sistem dengan actor.
Dari hasil proses uji coba aplikasi yang dilakukan,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagi berikut:
·
Pemanfaatan teknologi informasi yang
dipadukan dengan teknolgi komputer dapat membantu dalam menangani pelayanan
kesehatan siswa maupun pegawai, dibandingkan apabila tidak digunakannya sistem
informasi.
·
Kesulitan pembuatan laporan yang
dihasilkan pada sistem sebelumnya terbukti sudah dapat teratasai dengan adanya sistem
informasi yang diusulkan.
Saran yang kami berikan terhadap implementasi
aplikasi sistem informasi pelayanan kesehatan yang diterapkan adalah:
·
Persiapkan sumber daya yang berkualitas
guna mengoperassikan aplikasi tersebut.
·
Persiapkan sarana dan prasarana yang
memadai.
·
Lakukan monitoring kebijakan secara
regular.
Rancang Bangun Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan
dengan Metodologi Berorientasi Obyek : Studi Kasus SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta
Hasil Review Jurnal 4
“Langkah-Langkah Strategis dan Taktis Pengembangan
E-Government untuk Pemda”
Zainal A.
Hasibuan
Pesatnya perkembangan TIK akan membuka
peluang dan tantangan untuk menciptakan (to create), mengakses (to access),
mengolah (to process), dan memanfaatkan (to utilize) informasi secara tepat dan
akurat. Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah
berinisiatif membuat kebijakan untuk memanfaatkan TIK untuk membangun Electronic
Government for Good Governance yang terintegrasi mulai dari tingkat
pemerintahan daerah hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar infrastruktur TIK
yang akan dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama untuk berkoordinasi oleh
seluruh instansi, baik di pusat maupun di daerah.
E-Government pada dasarnya memberikan
layanan informasi kepada sesama insitusi pemerintah (Government to Government –
G2G), kepada dunis bisnis (Government to Business – G2B) dan kepada masyarakat
(Government to Citizen – G2C), dengan tujuan sbb:
1.
Mampu memberikan informasi
lengkap mengenai lembaga atau daerah untuk kemajuan ekonomi dan pembangunan
daerah, dan peningkatan kinerja proses pelayanan (peningkatan efektivitas dan
produktivitas).
2.
Mampu mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya (resources) seperti waktu, tenaga, budget,
dan fasilitas lainnya (peningkatan efisiensi).
Kerangka pengembangan e-Gov di
Indonesia dapat mengacu kepada Kerangka Sistem Informasi Nasional (Sisfonas)
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Kerangka Sisfonas
Dan E-Government
Menurut Center for Democracy and
Technology dan InfoDev, proses implementasi e-Government terbagi
menjadi 3 (tiga) tahapan yang tidak tergantung antara yang satu dengan yang
lainnya. Tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan dan masing-masing
tahapan harus menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga
tahapan tersebut antara lain, yaitu:
1. Publish, yaitu tahapan yang menggunakan teknologi
informasi untuk meluaskan akses untuk informasi pemerintah, misalnya dengan
cara pembuatan situs informasi di setiap lembaga, penyiapan sumber daya
manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik,
serta penyiapan sarana akses yang mudah. Hal ini sepadan dengan teori Agarwal,
yaitu tahapan tingkat 1 dari pengembangan e-Gov.
2. Interact, yaitu meluaskan partisipasi masyarakat
dalam pemerintahan, misalnya dengan cara pembuatan situs yang interaktif dengan
publik, serta adanya antar muka yang terhubung dengan lembaga lain. Hal ini
sepadan dengan tingkat 2 dan 3 dari perkembangan e-Gov.
3. Transact, yaitu menyediakan layanan pemerintah
secara online, misalnya dengan cara pembuatan situs transaksi pelayanan
publik, serta interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain. Hal
ini sepadan dengan tingkat 4 dan 5 dari perkembangan e-Gov.
Agar ketiga tahapan tersebut bisa
terlaksana dengan baik, maka harus ada jaminan komitmen yang tinggi dari
pimpinan Pemda, dalam hal bisa gubernur, bupati, atau walikota. Disamping itu,
pelaksanaan e-Government harus mempertimbangkan beberapa kondisi yaitu
prioritas layanan elektronik yang diberikan, kondisi infrastruktur yang
dimiliki, kondisi kegiatan layanan saat ini, dan kondisi anggaran dan sumber
daya manusia yang dimiliki. Untuk itu, dalam pengembangan e-Gov, diusulkan
suatu bentuk organisasi kegiatan pengembangan e-Gov seperti yang terlihat pada
gambar berikut ini.
|
Gambar Struktur Manajemen Pengembangan E-Gov |
Selain adanya usulan-usulan untuk kemajuan dan pengembangan e-Government
di Indonesia, e-Government juga menghadapi berbagai macam kendala
antara lain:
Masih rendahnya kesadaran (awareness)
dalam mengambil keputusan telematika
Langkanya SDM yang
berkualitas
Masih minimnya infrastruktur
telekomunikasi
Tarif internet yang masih
mahalnya serta kurang memadai
Penetrasi PC yang masih
rendah
Saran kami mengenai
pengembangan E-Gov di lingkungan pemda yaitu
·
Perlu adanya komitmen dari
pimpinan daerah untuk pengembangan e-Government yang berakar pada
perubahan budaya kerja dari tradisional menjadi elektronik dengan memanfaatkan
perangkat teknologi informasi.
Langkah-Langkah Strategis dan Taktis Pengembangan E-Government untuk
Pemda